LOMBA KARYA TULIS ILMIAH ORASI KEPEMUDAAN
DALAM RANGKA MEMPERINGATI HARI SUMPAH PEMUDA
MITHODS (UMMI METHODS) PERANGKAT PEMBELAJARAN AL QURAN TO ALL AGES BERBASIS PRIVATELY CLASS SEBAGAI IMPLEMENTASI
ILMU AGAMA
Diusulkan oleh:
Anggraini Ayu
Widyaningrum 150321600524
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
MALANG
2016
DAFTAR ISI
Daftar Isi
Daftar Gambar
Ringkasan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Tinjauan Tentang Pembelajaran
Al Quran
2.2 Macam-macam Pembelajaran Al
Quran
2.3 Pengertian Metode Ummi
2.4Proses Pembelajaran Al Quran
Segala Fase Usia
2.5PeluangAplikasi Pembelajaran Al
Quran Secara Privat
2.6KarakteristikPengamalanIlmuAgama
BAB III METODE PENULISAN
3.1 Pengumpulan Data
3.2 Pengolahan Data
3.3 Metode Analisis
3.4 Penarikan Kesimpulan
3.5 Perumusan Saran
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Konsep MITHODS (Ummi
Methods)
4.2 Manfaat Belajar Al Quran
Segala Fase
4.3 Teknik Implementasi dari
MITHODS berbasis Private Class
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR RUJUKAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR GAMBAR
1.Gambar Buku
Metode Ummi
2.Gambar Metode
Ummi
3.Gambar Private
Class
4.Gambar 7 Tahapan
Metode Ummi
RINGKASAN
Pada
dasarnya proses pembelajaran Al-Qur'an adalah proses perubahan tingkah laku
anak didik melalui proses belajar yang
berdasarkan pada nilai-nilai Al-Qur'an dimana dalam Al-Qur’an tersebut terdapat
berbagai peraturan yang mencakup seluruh kehidupan manusia yaitu meliputi
Ibadah dan Muamalah. Ibadah adalah perbuatan yang berhubungan dengan Allah dan
muamalah adalah perbuatan yang berhubungan dengan selain Allah meliputi
tindakan yang menyangkut etika dan budi pekerti dalam pergaulan. Sehingga dapat
mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam aplikasinya
di kehidupan sekarang banyak sekali orang yang yang belum bisa membaca Al Quran
yang baik , yaitu sesuai dengan makhorijul hurufnya apalagi memahami isi
kandungan Al Quran.Karena pada dasarnya rata-rata semua orang lebih menekankan
pembelajaran Al Quran itu pada usia dini , karena mind set di dakam masyarakat
itu masih menganggap bahwa belajar Al Quran hanya pada saat kecil saja , dan
pada saat usia lanjut kebanyakan sudahtidah tidak ada yang mau belajar
dikarenakan gengsi yang menjamur.Akibatnya survey membuktikan bahwa hampir
semua orang dewasa kurang lancar dalam membaca Al Quran.
Oleh
sebab itu,disini saya ingin memunculkan inovasi baru yaitu dengan memunculkan
sebuah metode pembelajaran Al Quran yang efektif dan efisien dan bisa
dipergunakan untuk segala usia,yaitu dengan Mithods (Ummi Methods),suatu
perangkat pembelajaraan Al Quran dengan menggunakan metode Ummi,yang lebih
menekankan terhadap pemahaman Tajwidnya dengan sistem Private Class yaitu sebuah
sistem pengajaran intensif terhadap sat individu dan memaksimalkannya dalam
pemahaman dan pelafalan Al Quran sesuai hukumnya.
Kata kunci : Perangkat Pembelajaran Al Quran , Segala Usia , Private Class , dan Metode Ummi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu aspek pendidikan agama yang
kurang mendapat perhatian adalah pendidikan membaca Al-Qur'an. Pada umumnya
orang tua lebih menitik beratkan pada pendidikan umum saja dan kurang
memperhatikan pendidikan agama termasuk pendidikan membaca Al-Qur'an.
Sebagai langkah awal adalah meletakkan dasar
agama yang kuat pada anak sebagai persiapan untuk mengarungi hidup dan
kehidupannya. Dengan dasar agama yang kuat, maka setelah menginjak dewasa akan
lebih arif dan bijaksana dalam menentukan sikap, langkah dan keputusan hidupnya
karena pendidikan agama adalah jiwa (spiritualitas) dari pendidikan.
Untuk itu pada masa kanak-kanak perlu adanya
penanaman budi pekerti yang luhur dan keimanan yang berdasarkan pada tuntunan
Allah SWT. Dan pada masa inilah anak-anak harus mulai diperkenalkan pada
Al-Qur'an yang menjadi pegangan dan pedoman di kehidupannya nanti, sehingga
ketika dewasa tidak kehilangan pegangan dan pedoman, meskipun badai topan
melanda kehidupan rohaninya. Sedangkan lembaga pendidikan Islam di usia dini
yang akan menjawab terhadap tantangan keringnya nilai spiritual dan keagamaan
umat dewasa ini, yang tersebar keseluruh nuasantara adalah taman pendidikan
Al-Qur'an (TPQ). Fenomena ini muncul tentunya akan membawa tujuan agung yaitu
sebagai penyelamat generasi penerus dan merupakan jawaban generasi mendatang,
karena sejak dini sudah diperkenalkan nilai-nilai agama yang bersumber kepada
wahyu ilahi rabbi yaitu Al-Qur'an.
Agama Islam memerintahkan kepada umatnya
untuk mempelajari serta mengajarkan kitab suci Al-Qur'an, karena Al-Qur'an
adalah sumber dari segala sumber ajaran islam yang mencakup segala aspek
kehidupan manusia. Tugas ini menjadi tanggung jawab kita semua khususnya orang
tua. Salah satu problem yang cukup mendasar adalah kondisi obyektif umat islam
dewasa ini, salah satunya adalah buta akan Al-Qur'an yang menunjukkan indikasi
prestasi meningkat, hal ini perlu segera diatasi, maka giliran umat islam akan
mengalami kemunduran diberbagai bidang.
Umat Islam sekarang
berangkat pada abad yang disinari oleh pengetahuan yang telah dicapai oleh
orang-orang Eropa dan Amerika terutama dalam bidang teknologi. Umat Islam lupa
bahwa mereka mempunyai Al-Qur'an yang merupakan kitab suci yang telah memberikan
pengaruh begitu luas dan mendalam terhadap jiwa manusia. Al-Qur'an merupakan
dasar keyakinan keagamaan, keibadahan, dan hukum, membimbing manusia dalam
mengarungi hidupnya, adalah sangat layak apabila Al-Qur'an mendapat perhatian istimewa.
Keberhasilan suatu program, terutama
pengajaran dalam proses belajar mengajar tidak lepas dari pemilihan metode dan
menggunakan metode itu sendiri. Banyak sekali metode pengajaran oleh para
pendidikan Islam, karna dengan adanya metode ini kemudian banyak berdirinya
lembaga-lembaga pendidikan pengajaran Al-Qur'an seperti TPA, TPQ yang semuanya
itu bertujuan untuk memberikan pengajaran terhadap anak-anak dalam membaca
Al-Qur'an.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,dapat
dibuat suatu rumusan masalah sebagai berikut .
1.Bagaimanakah
konsep dari MITHODS(Ummi Methods) ?
2.Apakah proses
pembelajaran Al Quran dapat dilakukan di segala usia ?
3.Bagaimanakah
teknik implementasi MITHODS dalam Private Class ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah , maka tujuan
penulisan karya tulis ini sebagai berikut.
1.Mengetahui konsep
dan rancangan dari MITHODS(Ummi Methods).
2.Mengetahui manfaat
dari belajar Al Quran dalam segala fase usia.
3.Mengetahui teknik
implementasi dari MITHODS dalam pelaksanaan Private Class.
1.4 Manfaat
Manfaat penulisan
karya tulis ini adalah sebagai berikut .
1.Bagi Penulis
Memberikan pengetahuan baru bahwa proses
pembelajaran Al Quran dapat dipelajari dengan menggunakan pembelajaran inovasi
baru yaitu dengan MITHODS.
2. Bagi Masyarakat
Menciptakan proses pembelajaran Al Quran
yang inovatif sehingga dapat mempermudah masyarakat dalam fase usia yang
berbeda untuk dapat mempelajari Al Quran dengan mudah.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Tinjauan Tentang
Pembelajaran Al Quran
1. Pengertian pembelajaran Al-Qur’an.
Sebelum membahas tentang pembelajaran Al-Qur’an, terlebih
dahulu diuraikan tentang pengertian dari istilah tersebut. Pembelajaran
Al-Qur’an terdiri dari dua kata yakni “kata pembelajaran”dan “kata Al-Qur’an”.
Kata pembelajaran yang kami analisa adalah pembelajaran dalam arti membimbing
dan melatih anak untuk membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar serta dapat
mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kata pembelajaran, sebelumnya dikenal dengan istilah
pengajaran. Dalam bahasa arab di istilahkan “ta’lim” dalam kamus inggris elias
dan Elias (1982) diartikan “to teach; to educated; to intruct; to train” yaitu
mengajar, mendidik, atau melatih. Pengertian tersebut sejalan dengan ungkapan
yang dikemukakan Syah (1996), yaitu “allamal ilma”. Yang berarti to teach atau
to intruct (mengajar atau membelajarkan).
Mengenai belajar ini ada beberapa definisi yang dikemukakan
oleh beberapa ahli, sebagai berikut:
a. Belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. (Slameto, 1999:
2).
b. M.
Arifin(1976) Dalam Ramayulis (2002: 26) menyatakan, belajar adalah suatu kegiatan
anak didik dalam menerima, menganggapi, serta menganalisa bahan-bahan pelajaran
yang disjikan oleh pengajar, yang berakhir pada kemampuan untuk menguasai bahan
pelajaran yang telah disajikan.
Dari kedua definisi tersebut dapat dilihat ciri-ciri belajar
yaitu:
1. Belajar adalah
aktivitas yang menghasilakn perubahan pada diri individu yang belajar, baik
actual maupun potensial.
2. Perubahan
tersebut pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru, yang berlaku dalam
waktu relatif lama.
3. Perubahan tersebut terjadi karena usaha
(Muhaimin, 1996: 45).
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan pembelajaran adalah
suatu proses belajar-mengajar yang direncanakan sebelumnya dan diarahkan untuk
mencapai tujuan melalui bimbingan, latihan dan mendidik.
Sedangkan Al-Qur’an diambil dari bahasa arab yakni “Qara’a,
Yaqro’u, Qiroatan atau Qur’anan” yang berarti menghimpun huruf-huruf serta
kata-kata dari satu bagian kebagian yang lain secara teratur. (Muhaimin, 1994:
86). Al-Asy’ari menyatakan kata Al-Qur’an diambil dari kata Qarana yang berarti
menggabungkan sesuatu dengan yang lain, karena surat, ayat dan huruf-hurufnya
beriringan yang satu dengan yang lain dan ada pula yang mengatakan Al-Qur’an
berasal dari kata Qara’in mengingat bahwa ayat Al-Qur’an satu sama lainnya
saling membenarkan. (Zaini, 1999: 1).
Dari kedua pendapat tersebut dapat diketahui bahwa Al-Qur’an
harus dibaca dan diusahakan untuk dimengerti isinya, hal ini sesuai dengan
firman Alloh SWT dalam surat Shaad ayat 29:
كِتَابٌ
أً؎َنْزَلْناَهُ إِلَيْكَ مُباَرَكٌ لِيَدَّبًَّرُوْاأيتِه
وَلِيَتَذَكًّرُوااُولُواْلاَ لْبَابِ
Artinya: “Ini adalah
sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka
memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai
pikiran”(QS. Shaad: 29).
Menurut istilah ini merupakan rumusan definisi Al-Qur’an
yang dipandang dapat diterima oleh para ulama’, terutama oleh para ahli figh,
ahli bahasa dan ushul figh. Dari pengertian tersebut bahwa membaca Al-Qur’an
tidak sama dengan membaca buku atau majalah, sebab membaca Al-Qur’an saja sudah
termasuk ibadah. Al-Qur'an adalah kalamullah yang diturunkan (diiwahyukan)
kepada nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril, yang merupakan
mu’jizat, yang diriwayatkan secara mutawatir, yang ditulis di mushaf, dan
membacanya adalah ibadah. sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia dalam hidup
dan kehidupannya (Syarifuddin, 2004: 16)
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada
Nabi Muhammad SAW sebagai salah satu rahmat yang tiada taranya bagi alam
semesta dan petunjuk atau hidayah bagi setiap manusia muttaqin. Hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 2 yang berbunyi:
ذَالِكَ اْلكِتاَبُ
لاَرَيْبَ ِفيْهِ هُدًى ِلْلمُتَّقِيْنَ
Artinya: Kitab
(Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa
(QS. Al-Baqarah: 2)
Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembelajaran Al-Qur'an Adalah proses perubahan tingkah laku anak didik melalui
proses belajar yang berdasarkan pada
nilai-nilai Al-Qur'an dimana dalam Al-Qur’an tersebut terdapat berbagai
peraturan yang mencakup seluruh kehidupan manusia yaitu meliputi Ibadah dan
Muamalah. Ibadah adalah perbuatan yang berhubungan dengan Allah dan muamalah
adalah perbuatan yang berhubungan dengan selain Allah meliputi tindakan yang
menyangkut etika dan budi pekerti dalam pergaulan. Sehingga dapat mengamalkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Mendidik di samping sebagai ilmu juga sebagai "suatu
seni". Seni mendidik atau mengajar dalam aturan adalah keahlian dalam
menyampaikan pendidikan dan pengajaran kepada peserta didik. Sesuai dengan
kekhususan yang ada pada masing-masing bahan atau materi pembelajarn Al-Qur'an,
baik yang sudah lama dipakai ditengah-tengah masyarakat maupun metode yang
sekarang sedang ramai dan mendapat respon dari masyarakat semuanya dengan satu
paket atau tujuan untuk mempermudah dalam belajar Al-Qur'an. Bagi generasi
kegenerasi serta mengembangkan pembelajaran Al-Qur'an dengan mudah.
Metode pengajaran adalah cara penyampaian bahan pengajaran
dalam proses kegiatan belajar mengajar (Zuhairini,1993: 63)
Dengan demikian, metode
pengajaran adalah suatu cara yang dipilih dan dilakukan guru ketika
berinteraksi dengan anak didiknya dalam upaya menyampaikan bahan pengajaran
tertentu, agar bahan pengajaran tersebut mudah dicerna sesuai dengan pembelajaran yang ditargetkan.
Adapun hadist yang memerintahkan
untuk memepelajari dan mengajarkan Al-Qur'an
antara lain:
عَنْ اَبِيْ
اُمَامَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ الله
ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ. اِقْرؤُاْالقُرْانَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ
الْقِيَامَةِ شَفِيْعًا ِلاَصْحَابِهِ.(روه مسلم)
Artinya: " Abu
Ummah ra, berkata: saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: bacalah
Al-Qur'an karena ia akan datang pada hari raya qiyamat sebagai pembela pada
orang yang mempelajari dan mentaatinya".(HR. Muslim)
Dalam Surat Al-Ankabut: 45
perintah untuk membaca Al-Qur'an.
أُتْلُ مَا
أُوْحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلوةَ.
Artinya: "Bacalah
apa yang telah diwahyukan kepadamu yaitu Al-Kitab (Al-Qur'an) dan dirikannlah
sholat” (QS. Al-Ankabut: 147)
Pembelajaran tersebut harus dimulai dari keluarga melalui
pendidikan antara lain:
a.
Memberikan contoh atau teladan
yang baik.
b. Membiasakan
mereka dengan syair-syair agama.
c. Meyiapkan
kondisi rumah yang agamis.
d. Memberikan
bimbingan bacaan-bacaan agama yang berguna.
e. Membisakan
mereka turut serta dalam kegiatan agama.
f. Menanamkan
kecintaan terhadap mereka senang membaca Al-Qur'an (Langgulung, 1983: 372).
Ketika keluarga telah menunaikan hal-hal tersebut, maka
orang tua telah menjalani petunjuk Al-Qur'an, sunnah dan peninggalan salafu sholihin,
yang semuanya mengajak untuk melaksanakan pendidikan iman dan aqidah yang
benar. Maka dari itu menentukan metode itu sangat penting dalam mendidik anak
didik. Karena berhasil tidak suatu pembelajaran itu tergantung pada metode yang
digunakan oleh pendidik. Sebagaimana yang ingin diharapkan dari pembelajaran
tersebut antara lain:
a. Anak dapat
membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar berdasarkan kaidah-kaidah ilmu tajwid.
b. Anak dapat
menulis Al-Qur’an dengan baik dan benar.
c. Anak dapat
menghafal surat-surat pendek dan do’a-do’a yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.
d. Anak dapat
melakukan sholat dengan baik serta terbiasa hidup dalam suasana Islami.
Dengan demikian usaha preventatif dan kuratif harus
dilaksanakan dirumah, sekolah dan masyarakat. Pembinaan tersebut harus berjalan
terpadu dan kontinyu, seiring sejalan serta bersifat saling melengkapi baik itu
pendidikan agama dan penciptaan suasana yang sesuai dengan nilai-nilai agama
adalah merupakan alat yang ampuh untuk membentengi anak jatuh kejurang
kenakalan yang membahayakan.
2.2
Macam-macam Pembelajaran Al Quran
Dalam proses pembelajaran, metode mempunyai peranan sangat
penting dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran.
a. Metode Iqro’
Metode iqro’ adalah suatu metode membaca Al-Qur'an yang
menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan iqro’ terdiri
dari 6 jilid di mulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada
tingkatan yang sempurna.
Metode Iqro’ ini disusun oleh Ustadz As’ad Human yang
berdomisili di Yogyakarta. Kitab Iqro’ dari ke-enam jilid tersebut di tambah
satu jilid lagi yang berisi tentang doa-doa. Dalam setiap jilid terdapat
petunjuk pembelajarannya dengan maksud memudahkan setiap orang yang belajar
maupun yang mengajar Al-Qur'an.
Metode iqro’ ini dalam prakteknya tidak mem-butuhkan alat
yang bermacam-macam, karena ditekan-kan pada bacaannya (membaca huruf Al-Qur'an
dengan fasih). Bacaan langsung tanpa dieja. Artinya tidak diperkenalkan
nama-nama huruf hijaiyah dengan cara belajar siswa aktif (CBSA) dan lebih
bersifat individual.
Adapun
kelemahan dan kelebihan metode Iqro’
adalah:
1. Kelebihan
Menggunakan metode CBSA, jadi bukan guru yang aktif
melainkan santri yang dituntut aktif.
Dalam penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara
bersama) privat, maupun cara eksistensi (santri yang lebih tinggi jilid-nya
dapat menyimak bacaan temannya yang berjilid rendah).
Komunikatif artinya jika santri mampu membaca dengan baik
dan benar guru dapat memberikan sanjungan, perhatian dan peng-hargaan.
Bila ada santri yang sama tingkat pelajaran-nya, boleh
dengan sistem tadarrus, secara bergilir membaca sekitar dua baris sedang
lainnya menyimak.
Bukunya mudah di dapat di toko-toko.
2. Kekurangan
a. Bacaan-bacaan
tajwid tak dikenalkan sejak dini.
b. Tak ada media
belajar
c. Tak
dianjurkan menggunakan irama murottal.
b. Metode Al-Baghdad
Metode Al-Baghdady adalah metode tersusun (tarkibiyah),
maksudnya yaitu suatu metode yang tersusun secara berurutan dan merupakan
sebuah proses ulang atau lebih kita kenal dengan sebutan metode alif, ba’, ta’.
Metode ini adalah metode yang paling lama muncul dan metode yang pertama
berkembang di Indonesia.
Cara pembelajaran metode ini adalah:
- Hafalan
- Eja
- Modul
- Tidak
variatif
- pemberian
contoh yang absolute
Metode ini mempunyai kelebihan
dan kekurangan, yaitu:
1. Kelebihan
Santri akan mudah dalam belajar karena sebelum diberikan
materi, santri sudah hafal huruf-huruf hijaiyah.
Santri yang lancar akan cepat melanjutkan pada materi
selanjutnya karena tidak menunggu orang lain.
2. Kekurangan
Membutuhkan waktu yang lama karena harus menghafal huruf
hijaiyah dahulu dan harus dieja.
Santri kurang aktif karena harus mengikuti ustadz-ustadznya
dalam membaca.
Kurang variatif karena menggunakan satu jilid saja.
c. Metode An-Nahdhiyah
Metode An-Nahdhiyah adalah salah satu metode membaca
Al-Qur'an yang muncul di daerah Tulungagung, Jawa Timur. Metode ini disusun
oleh sebuah lembaga pendidikan Ma’arif Cabang Tulungagung. Karena metode ini
merupakan metode pengembangan dari metode Al-Baghdady, maka materi pembelajaran
Al-Qur'an tidak jauh berbeda dengan metode Qira’ati dan Iqro’. Dan perlu
diketahui bahwa pembelajaran metode ini lebih ditekankan pada kesesuaian dan
keteraturan bacaan dengan ketukan atau lebih tepatnya pembelajaran Al-Qur'an
pada metode ini lebih menekankan pada kode “Ketukan”.
Dalam pelaksanaan metode ini mempunyai dua program yang
harus diselesaikan oleh para santri, yaitu:
Program buku paket
yaitu program awal sebagai dasar pembekalan untuk mengenal dan memahami
serta mempraktekkan mem-baca Al-Qur'an
Program sorogan Al-Qur'an yaitu program lanjutan sebagai
aplikasi praktis untuk meng-antarkan santri mampu membaca Al-Qur'an sampai
khatam.
Dalam metode ini buku paketnya tidak dijual bebas bagi yang
ingin menggunakannya atau ingin menjadi guru pada metode ini harus sudah
mengikuti penataran calon guru metode An-Nahdhiyah.
Dalam program sorogan Al-Qur'an ini santri akan diajarkan
bagaimana cara-cara membaca Al-Qur'an yang sesuai dengan sistem bacaan dalam
membaca Al-Qur'an. Dimana santri langsung praktek membaca Al-Qur'an besar.
Disini santri akan diperkenalkan beberapa sistem bacaan, yaitu tartil, tahqiq, dan taghanni.
d. Metode Jibril
Terminology
(istilah) metode jibril yang digunakan sebagai nama dari pembelajaran Al-Qur'an
yang diterapkan di PIQ Singosari Malang, adalah dilatar belakangi perintah
Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengikuti bacaan Al-Qur'an yang telah
diwahyukan melalui malaikat Jibril. Menurut KH. M. Bashori Alwi (dalam
Taufiqur-rohman) sebagai pencetus metode jibril, bahwa teknik dasar metode
jibril bermula dengan membaca satu ayat atau lanjutan ayat atau waqaf, lalu
ditirukan oleh seluruh orang-orang yang mengaji. Sehingga mereka dapat
menirukan bacaan guru dengan pas. Metode jibril terdapat 2 tahap yaitu tahqiq
dan tartil.
e. Metode Qiro’ati
Metode Qiro’ati disusun oleh Ustadz H. Dahlan Salim Zarkasy
pada tahun 1986 bertepatan pada tanggal 1 Juli. H.M Nur Shodiq Ahrom (sebagai
penyusun didalam bukunya “Sistem Qa'idah Qira’ati” Ngembul, Kalipare), metode
ini ialah membaca Al-Qur'an yang langsung memasukkan dan mempraktek-kan bacaan
tartil sesuai dengan qa'idah ilmu tajwid sistem pendidikan dan pengajaran
metode Qira’ati ini melalui system pendidikan berpusat pada murid dan kenaikan
kelas/jilid tidak ditentukan oleh bulan/tahun dan tidak secara klasikal, tapi
secara individual (perseorangan).
Santri/ anak didik dapat naik kelas/ jilid berikutnya dengan
syarat:
1. Sudah
menguasai materi/paket pelajaran yang diberikan di kelas.
2. Lulus tes yang
telah diujikan oleh sekolah/TPA.
1. Prinsip –prinsip dasar Qiro’ati
Prinsip-prinsip
yang di pegang oleh guru/ustadz yaitu:
- Tiwagas
(teliti, waspada dan tegas)
- Daktun
(tidak boleh menuntun)
Prinsip-prinsip
yang harus dipegang santri / anak didik:
- CBSA : Cara
belajar santri aktif.
- LCTB : Lancar cepat tepat dan benar.
2. Strategi mengajar dalam Qiro’ati
Dalam mengajar Al-Qur'an dikenal beberapa macam stategi.
Yaitu:
1. Strategi
mengajar umum (global)
a. Individu atau
privat yaitu santri bergiliran membaca satu persatu.
b. Klasikal
Individu yaitu sebagian waktu digunakan
guru/ustadz untuk menerangkan pokok pelajaran secara klasikal.
c. Klasikal baca
simak yaitu strategi ini digunakan untuk mengajarkan membaca dan menyimak bacaan Al-Qur'an orang lain.
2. Strategi
mengajar khusus (detil)
Strategi ini agar berjalan dengan baik maka perlu di
perhatikan syarat-syaratnya. Dan strategi ini meng-ajarkannya secara khusus
atau detil. Dalam mengajar-kan metode qiro’ati ada I sampai VI yaitu:
Jilid I
adalah
kunci keberhasilan dalam belajar membaca Al-Qur'an. Apabila Jilid I lancar pada
jilid selanjutnya akan lancar pula, guru harus memperhatikan kecepatan santri.
Jilid II
adalah
lanjutan dari Jilid I yang disini telah terpenuhi target Jilid I.
Jilid III
adalah
setiap pokok bahasan lebih ditekankan pada bacaan panjang (huruf mad).
Jilid IV
merupakan
kunci keberhasilan dalam bacaan tartil dan bertajwid.
Jilid V
ini
lanjutan dari Jilid IV. Disini diharapkan sudah harus mampu membaca dengan baik
dan benar
Jilid VI
Jilid
ini adalah jilid yang terakhir yang kemudian dilanjutkan dengan pelajaran Juz
27.
Juz I sampai Juz VI mempunyai target yang harus dicapai
sehingga disini guru harus lebih sering melatih peserta didik agar
target-target itu tercapai. Metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan
antara lain:
Kelebihannya :
1. Siswa walaupun
belum mengenal tajwid tetapi sudah bisa membaca Al-Qur'an secara tajwid. Karena
belajar ilmu tajwid itu hukumnya fardlu kifayah sedangkan membaca
Al-Qur'andengan tajwidnya itu fardlu ain.
2. Dalam metode
ini terdapat prinsip untuk guru dan murid.
3. Pada metode
ini setelah khatam meneruskan lagi bacaan ghorib.
4. Jika santri
sudah lulus 6 Jilid beserta ghoribnya, maka ditest bacaannya kemudian setelah
itu santri mendapatkan syahadah jika lulus test.
Kekurangannya:
Bagi yang tidak lancar lulusnya juga akan lama karena metode
ini lulusnya tidak ditentukan oleh bulan/tahun.
2.3 Pengertian Metode Ummi
عن عثمان بن عفّان رضي الله عنه
عنِ النبيِّ صلى الله عليه و سلّم قال : خيركم من تعلّم القرآن و علّمه
Dari ‘Utsman
radhiyallahu’anhu, dari Nabi
shallallahu’alaihi wasallam bersabda,“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al
Quran dan mengajarkannya.” (HR Bukhari no.5027)
Dalam hadits ini tidak ada pembatasan usia tentang usia
berapa kita belajar dan siapakah orang
yang kita ajari. Maka kita mengajarkan Al Quran kepada anak juga termasuk
kedalam cakupan hadits ini. Namun demikian, tidak semua wanita dapat
mengajarkan Al Quran kepada anak (baik anak kandung atau selainnya) dengan
baik.
Mengingat begitu besarnya keutamaan mengajarkan Al Quran,
saya ingin berbagi tips kepada para pembaca sekalian yang saya ambil dari
materi pembelajaran madrasatul qur'an ponpes sunan drajat.
Sebelum pengajar mulai membacakan surat, ia harus
mengingatkan anak agar memusatkan perhatiannya terhadap apa yang akan
dibacakan. Yang demikian itu supaya hal-hal berikut dapat terwujud:
- Anak menyimak bacaan pengajar sehingga bisa menirukan
setiap harakat huruf, ketika berhenti saat waqaf pada tempat –tempat berhenti
serta cara mengucapkan huruf per huruf secara benar.
- Hati anak menjadi khusyu’, tenang, dan menghormati bacaan
Al Quran saat mendengarkannya.Melatih anak membaca Al-Quran langsung dari
mushaf. Di samping itu juga memperkenalkan kepadanya tanda-tanda waqaf dan
istilah-istilah untuk memperbaiki bacaan pada setiap ayat seperti, mad, idgham,
sukun, menebalkan huruf qalqalah, memperjelas makhraj (tempat keluarnya) setiap
huruf, hamzah washal, hamzah qatha’ dan
lain sebagainya.
Sebelum pengajar membacakan surat, ia memulai dengan
pembicaraan ringan yang menjadikan anak semangat mempelajari surat tersebut dan
memahami maknanya.
Memperdengarkan bacaan Al Quran pada pendengaran anak dengan
bacaan yang khusyu’ lebih dari satu kali.
Anak diminta membaca surat itu sepenggal –penggal secara
bersama-sama lebih dari satu kali
Sementara itu sang pengajar membenarkan kesalahan-kesalahan
yang terjadi pada anak saat membaca Al Quran.
Pengajar menyuruh beberapa anak mengulangi surat yang sudah
dibacakan secara bersamaan. Kemudian menyuruh beberapa anak yang lain dan
seterusnya.
Setelah itu pengajar menyuruh anak satu per satu membaca Al
Quran, pengajar menyuruh salah seorang anak untuk membaca Al Quran setelah ia memberi contoh bacaannya. Kemudian
meminta anak lainnya melakukan hal serupa, dan seterusnya.
Pengajar hendaknya mendiskusikan makna surat kepada
anak dengan memberikan pertanyaan
ringan. Hingga pengajar benar-benar mengetahui bahwa seluruh anak sudah
memahami makna surat dengan baik.
Pengajar Al-Quran harus menanamkan dalam jiwa anak bahwa
mempelajari Al-Quran adalah ibadah. Allah ta’ala memberikan pahala yang sangat
besar.
Pengajar harus mempunyai target pada pertemuan itu anak
harus mengulangi ayat-ayat yang diajarkan dengan membacanya berkali-kali.
Harus diperhatikan oleh pengajar yaitu membenarkan bacaan
anak supaya jangan sampai salah sedikitpun. Karena yang sedikit itu akan dibawa
sampai dewasa jika tidak dibetulkan.
Menjadi catatan untuk pengajar bahwa anak difahamkan dengan
makna ayat-ayat yang dia pelajari dengan pemahaman sederhana, sesuai tingkatan
akalnya.
Dalam mengajar tentu saja pasti ada hambatan-hambatan, maka
hendaklah selalu berdo’a kepada Allah supaya diberi kesabaran dan keteguhan
niat. Karena terkadang dikarenakan hambatan-hambatan yang ada, seorang pengajar
menjadi putus asa.
7 PROGRAM DASAR UMMI
Program-program ini dijadikan dasar utama dalam Membangun
Generasi Qur’ani, khususnya di dalam Pembelajaran Al Qur’an melalui Metode Ummi . Program ini juga untuk membantu
bagi lembaga dan guru untuk meningkatkan
kemampuan pengolahan . pengelolaan dan pembelajaran Al Qur’an yang efektif,
mudah, menyenangkan dan menyentuh hati. Melalui tahapan program ini menjamin
setiap guru Al Qur’an akan mampu
memahami metodologi pengajaran Al Qur’an serta tahapan-tahapannya dan
pengelolaan kelas dengan baik.
Sehingga diharapkan denngan 7 program ini sebagi Sistem
pengajaran Al Qur’an Metode Ummi menjamin setiap lulusan SD/MI, TKQ, TPQ tartil
baca Al Qur’an. Insya Allah.
Adapun 7 program dasar Ummi adalah sebagai berikut:
1. TASHIH BACA AL QUR’AN (Tes
Bacaan Al Qur’an)
Program ini dimaksudkan untuk memetakan standar kualitas
bacaan
Al Qur’an guru / calon guru Al Qur’an, sekaligus untuk
memastikan
bacaan Al Qur’an guru / calon guru Al Qur’an yang akan
mengajarkan
Metode Ummi sudah baik / tartil.
2. TAHSIN (Pembinaan Baca Al
Qur’an)
Program ini dilakukan dalam rangka membina bacaan dan sikap
para guru / calon guru Al Qur’an sampai bacaan Al Qur’annya bagus / tartil.
Mereka yang telah lulus tahsin dan tashih berhak mengikuti sertifikasi guru Al
Qur’an Metode Ummi.
3. Tartil Qur’an
Calon guru mendalami tartil Al Qur’an standar Metode Ummi
dan bagaimana mengerjakannya pada santri/siswa, pemantaban dan pembinaan lagu
murottal Metode Ummi pada calon guru.
4. Ghoroib Al Qur’an dan Tajwid
Dasar
Calon guru lebih memahami dan mempraktekan bacaan-bacaan
pada Al Qur’an yang Musykilat/asing serta tehnik pengerjaanya pada
santri/siswa.
5. MUNAQOSAH (Uji Kompetensi
Siswa / Santri)
Merupakan program penilaian kemampuan siswa / santri pada
akhir pembelajaran untuk menentukan kelulusan.
Bahan yang diujikan meliputi :
a. Fashohah dan
Tartil Al Qur’an (juz 1-30) .
b. Membaca Ghoroib
dan komentarnya .
c. Teori Ilmu Tajwid
dan menguraikan hukum-hukum bacaan.
d. Hafalan dari surat
Al A’la sampai surat An Naas.
6. KHOTAMAN DAN IMTIHAN (Uji
Publik Kemampuan Baca Al Qur’an)
- Acara yang dikemas elegan, sederhana dan melibatkan
seluruh stake holder sekaligus
merupakan laporan secara langsung dan nyata kualitas hasil
pembelajaran Al Qur’an
kepada orang tua wali santri. Acara meliputi :
a. Demo kemampuan membaca dan hafalan Al Qur’an
b. Uji publik kemampuan membaca, hafalan, bacaan ghoroib dan
tajwid dasar
c. Uji dari tenaga ahli Al Qur’an dari Tim Ummi dengan
lingkup materi tertentu
- Memberi hadiah bagi pembaca terbaik, penghafal terbanyak
dan paling rajin membaca
- Pesan untuk memelihara bacaan dan terus belajar Al Qur’an
- Sambutan pihak sekolah, orang tua, Tim Ummi dan stake holder
lainnya
- Waktu dan tempat acara sepenuhnya kewenangan sekolah
7. Tertib
2.4 Proses Pembelajaran Al Quran
Segala Fase Usia
Cara
Belajar Baca Al-Quran
Dalam membaca Al Quran dan memahami makna dari tiap ayat Al
Quran yang kita baca, tentunya kita harus mengetahui bagaimana cara membaca
yang baik dengan mengenal huruf hijaiyyah, tajwid dan hukum cara membaca Al
Quran. Cara belajar membaca alquran yang baik adalah dengan beberapa langkah yang harus diperhatikan agar dapat
membaca Al Quran dengan baik dan benar.
1. Pada mulanya kita harus bisa mengenal dan membaca huruf
hijaiyyah yang jumlahnya ada 28 huruf. Membaca Al Quran sama hal kita belajar
membaca huruf alphabet dan belajar membaca bahasa indonesia. Jika kita
mengetahui dan dapat membaca 28 huruf hijaiyyah dengan benar, itu merupakan
modal pertama untuk kita membaca Al Quran dengan baik. Namun sebelum membaca Al
Quran kita diharuskan mengawali dengan membaca kitab Iqro yang isinya dimulai
dari cara membaca dan mengeja huruf hijaiyyah mulai dari ‘Alif sampai dengan
‘Ya kemudian di dalam Iqro kita akan diajarkan awal mulanya belajar membaca dan
melafazkan contoh dari huruf hijaiyyah seperti halnya kita kali pertama belajar
melafazkan bahasa indonesia, dilanjutkan dengan level dalam membaca Iqro dari
tingkat 1 sampai dengan tingkat 6. Jika sudah tamat dalam membaca Iqro kemudian
baru mempelajari baca Al Quran dimulai dari surat Al Fatihah dan Al Baqarah
ayat 1-5.
2. Setelah dirasa mampu dan fasih dalam membaca huruf
hijaiyyah, kemudian mempelajari dan memahami tanda baca dalam tiap ayat Al
Quran seperti fathah, kasrah, dan dhomah. Ketiga tanda baca tersebut sama
halnya dengan kita membaca dan mengeja tanda huruf vokal dalam bahasa
indonesia.
3. Kemudian setelah paham dengan tanda baca Al Quran, dilanjutkan
dengan melafazkannya dengan mengetahui panjang pendeknya harkat yang harus
dibaca. Selain tanda baca seperti fathah, kasrah dan dhomah, ada tanda baca
lainnya yang harus diperhatikan seperti Mad Arid Lissukun, Mad Wajib Muttasil
dll. Walaupun isyarat tanda baca ini tidak sering muncul dalam tiap ayat Al
Quran. Namun kita harus benar-benar memperhatikan isyarat dan tanda baca yang
muncul di tiap ayat Al Quran.
4. Kemudian yang paling penting berikutnya dalam membaca Al
Quran adalah mengetahui tekhnik membaca Al Quran yang dikenal diantaranya
seperti :
a. Idgham Bighunnah, dibaca berdenggung sampai 6 har’kat
b. Idgham Billaqunnah, sama halnya dengan Idgham Bighunnah
c. Izhar, dibaca jelas
d. Ikhfa, dibaca samar
e. Iqlab, apabila bertemu dengan huruf iqlab, maka dibaca
huruf mati contoh mim ( م )
Dengan mempelajari tekhnik diatas kita semakin faham dan
mengetahui bagaimana cara membaca Al Quran yang baik dan benar serta bagaimana
cara melafazkan dari tiap ayat Al Quran.
5. Yang terakhir adalah “praktek”. Dengan mempraktekan
bagaimana cara membaca Al Quran, kita bisa mengetahui seberapa besar kemampuan
kita dalam membaca, memahami Al Quran. Membaca Al Quran juga sangat diwajibkan
sebagai Ummat Muslim karena dari tiap 1 ayat yang kita baca mengandung 10 kebaikan.
Agar kita fasih dan benar dalam membaca, melafazkan dan memahami Al Quran ada
baiknya menggunakan guru pembimbing agar jika terjadi kesalahan dalam
melafazakannya ada yang membantu memperbaiki kesalahan dalam melafazkan.
Seperti Sabda Rasulullah SAW, yang berbunyi :
” Ibadah yang paling utama bagi umatku adalah membaca Al
Quran ” dan Hidup dalam naungan Al Quran adalah untuk mendapatkan kedamaian dan
keindahan dunia akhirat, karena sesungguhnya Al Quran adalah Pedoman hidup bagi
setiap umat manusia yang setiap kejadian di dunia sudah tertulis di dalam Al
Quran.
Belajar membaca alquran dengan baik juga memiliki manfaat
yang banyak bagi kehidupan manusia. Waktu yang baik dalam membaca Al Quran
adalah sebelum masuk waktu Shalat subuh dan setelah shalat Magrib.
Fase anak
Cara mengajari anak membaca alquran sangat penting diketahui
oleh para orang tua yang menginginkan anaknya agar bisa membaca alquran dengan
benar. Cara mengajari anak membaca alquran bisa bunda terapkan di dalam
kehidupan sehari-hari, bisa di mulai dari usia sedini mungkin bahkan semenjak
bayi belum lahir. Bunda bagi anda yang beragama islam tentu sangat menginginkan
agar anaknya dapat menghapal alquran di usia sedini mungkin agar mereka lebih
mengenal agama mereka dari sejak kecil. Cara mengajari anak membaca alquran
berikut ini mungkin bisa sedikit membantu bunda dan ayah saat ingin mengajari
anaknya agar fasih dalam membaca alquran di rumah.
Cara mengajari anak membaca alquran :
1. Cara pertama jika anda ingin mengajari anak membaca
alquran adalah perdengarkan ayat alquran setiap hari di rumah tidak menjadi
masalah apakah anak mendengarkan atau tidak baik ia main-main atau melakukan
aktifitas apapun di dalam rumah tetapi otak bawah sadarnya tanpa si anak sadari
merekam bacaan alquran yang ia dengar. Bahkan mungkin anak akan hapal dengan
sendirinya ayat-ayat alquran yang sering ia dengar dan anda akan merasa sangat
takjub. sama seperti kalau kita sering memperdengarkan lagu-lagu dewasa tanpa
anak sadari ia menjadi hapal lagu tersebut.
2. Konsisten
Bunda untuk mengajari anak membaca alquran syarat utamanya
anda harus konsisten jangan putus-putus karena kekonsistenan anda adalah
parameter keberhasilan anda dalam mengajri anak membaca alquran.
3. Menjadi sauri tauladan bagi anak
Ini sangat penting untuk bunda dan ayah perhatiakan karena
anak adalah peniru yang hebat maka otomatis anda sebagai orang tua yang sering
bersamanya yang akan ia tiru pertama kali, kalau anda sering membaca alquran
dan menghapalnya maka secara otomatis anak-anak anda akan melihat dan lama
kelamaan mereka akan meniru anda membaca alquran walaupun mungkin masih banyak
salah tetapi paling tidak mereka sudah mengenal alquran sejak kecil.
4. Bacakan ayat-ayat alquran sejak anak masih dalam
kandungan
Bunda ternyata banyak yang sudah membuktikan hal ini banyak
ibu-ibu yang merasa takjub saat anaknya berusia 2 tahun kata yang pertama
keluar dari mulutnya adalah ayat alquran ternyata setelah di tanya pada kedua
orang tuanya bahwa waktu di dalam kandungan orang tuanya sering membaca
ayat-ayat alquran. Ada seorang ibu yang waktu hamil sering membaca surat al
kahfi maka anaknya waktu belajar bicara kata yang pertama ia ucapkan adalah
surat alkahfi subhanalloh, itulah otak manusia yang sangat dahsyat bahkan sejak
dalam rahimpun otak kita sudah merekam suara apa yang ia dengar di dunia luar.
Maka ibu-ibu yang lagi hamil hati-hati memperdengarkan hal-hal tidak baik pada
sang jabang bayi karena jabang bayi anda akan merekam apa yang ia dengar.
5. Beri reward yang ia mau dengan syarat ia harus hapal
surat atau ayat alquran
Bunda cara ini bisa bunda gunakan pada anak yang sudah
berusia 5 tahun keatas saat anak sudah punya keinginan pada sesuatu. misal anak
anda menginginkan baju princes maka anda kasih syarat asal ia harus hapal misal
surat alikhlas dengan benar maka anda baru akan membelikannya baju princes dan
begitu terus sampai mungkin secara tidak sadar anak akan hapal banyak surat
dalam alquran karena semakin banyak yang ia minta maka akan semakin banyak
surat dan ayat yang ia hapal. dan hal ini bisa bunda buktikan. bisa jadi pada
usia 7 tahun anak anda sudah hapal 30 zuz alquran.
Fase Lanjut
Tips Semangat Belajar Mengaji Di Usia Tua
Umumnya umat muslim sekarang enggan belajar mengaji karena
alasan sudah tua. Berapakah usia tua itu? 20, 30, 40, 50, 60, 70 tahun?
Tampaknya semakin bertambah usia justru semakin memilki alasan untuk enggan
belajar mengaji.
Bagi yang sudah memiliki anak mungkin saja mereka
menyekolahkan anaknya di TPA (Taman Pendidikan Al Quran). Namun orang tuanya
sendiri enggan belajar mengaji, karena alasan sibuk dan tua (serta mungkin
malu).
Inspirasi dari Rasulullah dan Sahabat
Agar memiliki semangat untuk belajar mengaji (dan menghapal
Al Quran) kita dapat mencari tahu pada usia berapakah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya memulai belajar mengaji dan menghapal Al
Quran? Berikut ini perkiraannya (usia dalam kalender hijriah).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berusia 39 tahun.
Khadijah (istri
Rasulullah) radhiyallahu anha berusia 54 tahun.
Abu Bakar
radhiyallahu anhu berusia 37 tahun.
Umar bin Khattab
radhiyallahu anhu diperkirakan berusia 22-27 tahun.
Utsman bin Affan
radhiyallahu anhu 35 tahun.
Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu anhu diperkirakan berusia 7-12 tahun.
Abu Ubaidah
radhiyallahu anhu berusia 28 tahun.
Thalhah
radhiyallahu anhu berusia 14 tahun.
Az-Zubair bin Al
Awwam radhiyallahu anhu berusia 15 tahun.
Abdurrahman bin
Auf radhiyallahu anhu berusia 30 tahun.
Sa'ad bin Abu
Waqqash radhiyallahu anhu berusia 17 tahun.
Sa'id bin Zaid
radhiyallahu anhu berusia antara 11-15 tahun.
Generasi
pertama umat Islam yang hidup sejaman dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam ketika pertama kali masuk Islam memiliki usia yang berbeda-beda, beragam
usia. Ada yang masuk Islam di usia muda dan ada juga yang menjadi muslim di
usia tua. Semuanya memiliki kesamaan yakni tak malu untuk mulai belajar mengaji
dan menghapal Al Quran.
Dari sini kita dapat mengetahui bila tidak ada alasan untuk
merasa tua (dan malu) untuk mulai belajar mengaji (dan menghapal Al Quran).
2.5 Peluang Aplikasi
Pembelajaran Al Quran Secara Privat
Alasan Memilih Les
Privat
Bimbingan belajar adalah salah satu cara efektif untuk
meningkatkan prestasi anak di sekolah. Anak-anak pada umumnya tidak memiliki
keinginan untuk mengulang pelajaran yang telah diajarkan di sekolah. Padahal,
dengan belajar mengulang pelajaran dari sekolah dapat meningkatkan prestasi
dari belajar anak-anak di sekolah. Bimbingan belajar akan membantu anak dalam
memahami mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Anak-anak akan dikondisikan
untuk meluangkan sebagian waktunya untuk belajar dari pelajaran di sekolah.
Salah satu jenis bimbingan belajar yang dapat mendukung pendidikan anak adalah
dengan les privat. Les privat dapat membantu meningkatkan prestasi anak di
sekolah karena bimbingan belajar dengan cara ini dapat memberikan manfaat pada
anak sebagai berikut:
Fleksibilitas waktu belajar
Jam belajar di sekolah tentunya telah dijadwalkan dalam
periode tertentu. Begitu pula dengan jam belajar di lembaga bimbingan belajar.
Les privat dapat memberikan anak anda waktu yang lebih fleksibel dalam belajar.
Anda dapat menyesuaikan waktu les privat anak anda menurut jadwal waktu
sekolah, bermain maupun jadwal dari guru les privat itu sendiri. Anda juga
dapat berdiskusi dengan anak anda dan guru privat untuk menentukan waktu mulai
les privat yang paling nyaman serta lama periode belajar les privat tersebut.
Membantu anak lebih berkonsentrasi
Anak-anak memiliki karakter belajar yang berbeda-beda.
Beberapa anak dapat belajar di suasana lingkungan yang ramai dengan banyak
orang. Beberapa anak yang lain lebih dapat belajar di suasana lingkungan yang
sepi dan tidak banyak orang. Les privat memberikan kesempatan bagi anak untuk
mendapatkan pengajar yang intensif sehingga akan membantu anak untuk lebih
berkonsentrasi terhadap mata pelajaran yang diajarkan.
Pengajar yang lebih intensif dan personal
Tenaga pengajar pada les privat akan dapat dengan mudah memantau
perkembangan anak anda dengan lebih cermat. Guru les privat dapat mengetahui
karakter cara belajar anak, serta kelebihan dan kekurangan anak dalam menerima
pelajaran yang diajarkan.
Mudah dipantau
Apabila anak anda mengikuti les privat, anda akan dapat
dengan mudah memantau perkembangan belajar anak. Anda dapat secara langsung
mengetahui bagaimana anak belajar dengan guru. Memantau pendidikan anak di
sekolah akan sangat sulit, terutama karena guru sekolah formal memiliki
tanggung jawab yang sama besarnya untuk sejumlah besar murid yang ada di
sekolah.
Menghemat waktu dan tenaga untuk transportasi
Mengikuti pendidikan tambahan di lembaga bimbingan belajar
berarti anda harus meluangkan waktu untuk mengantar dan menjemput anak anda di
tempat lembaga bimbingan belajar tersebut berada. Dengan les privat, anda tidak
perlu jauh-jauh mengeluarkan biaya untuk transportasi. Anak anda juga tidak
merasa lelah di perjalanan yang dapat mengurangi energi yang seharusnya
digunakan untuk belajar.
2.6 Karakteristik Pengamalan
Ilmu Agama
Ilmu dipelajari untuk diamalkan, bukan hanya sekedar
menambah wawasan dan kepintaran, apalagi jika diniatkan untuk membodoh-bodohi
orang lain.
Malik bin Dinar berkata,
من طلب العلم للعمل وفقه الله ومن طلب العلم لغير العمل يزداد
بالعلم فخرا
“Barangsiapa yang mencari ilmu (agama) untuk diamalkan, maka
Allah akan terus memberi taufik padanya. Sedangkan barangsiapa yang mencari
ilmu, bukan untuk diamalkan, maka ilmu itu hanya sebagai kebanggaan
(kesombongan)” (Hilyatul Auliya’, 2: 378).
Dalam perkataan lainnya, Malik bin Dinar berkata,
إذا تعلم العبد العلم ليعمل به كسره علمه وإذا تعلم العلم لغير
العمل به زاده فخرا
“Jika seorang hamba mempelajari suatu ilmu dengan tujuan untuk
diamalkan, maka ilmu itu akan membuatnya semakin merunduk. Namun jika seseorang
mempelajari ilmu bukan untuk diamalkan, maka itu hanya akan membuatnya semakin
sombong (berbangga diri).” (Hilyatul Auliya’, 2: 372).
Wahb bin Munabbih berkata,
مثل من تعلم علما لا يعمل به كمثل طبيب معه دواء لا يتداوى به
“Permisalan orang yang memiliki ilmu lantas tidak diamalkan
adalah seperti seorang dokter yang memiliki obat namun ia tidak berobat
dengannya.” (Hilyatul Auliya’, 4: 71).
Ibrahim Al Harbi berkata,
حملني أبي الى بشر بن الحارث فقال يا أبا نصر ابني هذا مشتهر
بكتابة الحديث والعلم فقال لي يا بني هذا العلم ينبغي أن يعمل به فان لم يعمل به
كله فمن كل مائتين خمسة مثل زكاة الدراهم
“Ayahku pernah membawaku pada Basyr bin Al Harits, lanta ia
berkata, “Wahai Abu Nashr (maksudnya: Basyr bin Al Harits), anakku sudah
masyhur dengan penulisan hadits dan ia terkenal sebagai orang yang berilmu.”
Lantas Basyr menasehatiku, “Wahai anakku, namanya ilmu itu mesti diamalkan.
Jika engkau tidak bisa mengamalkan seluruhnya, amalakanlah 5 dari setiap 200
(ilmu) seperti halnya hitungan dalam zakat dirham -perak- (yaitu 1/40 atau
2,5%).” (Hilyatul Auliya’, 8: 347)
Syaqiq Al Balkhi berkata,
الدخول في العمل بالعلم والثبات فيه بالصبر والتسليم إليه
بالإخلاص فمن لم يدخل فيه بعلم فهو جاهل
“Masuk dalam amalan hendaklah diawali dengan ilmu. Lalu
terus mengamalkan ilmu tersebut dengan bersabar. Kemudian pasrah dalam berilmu
dengan ikhlas. Siapa yang tidak memasuki amal dengan ilmu, maka ia jahil
(bodoh).” (Hilyatul Auliya’, 8: 69).
Sufyan bin ‘Uyainah berkata,
ما شيء أضر عليكم من ملوك السوء وعلم لا يعمل به
“Tidak ada sesuatu yang lebih memudhorotkan kalian selain
dari raja yang jelek dan ilmu yang tidak diamalkan.” (Hilyatul Auliya’, 7:
287).
‘Abdul Wahid bin Zaid berkata,
من عمل بما علم فتح الله له ما لا يعلم
“Barangsiapa mengamalkan ilmu yang telah ia pelajari, maka
Allah akan membuka untuknya hal yang sebelumnya ia tidak tahu.” (Hilyatul Auliya’,
6: 163).
Ma’ruf Al Karkhi berkata,
إذا أراد الله بعبد خيرا فتح الله عليه باب العمل وأغلق عنه
باب الجدل وإذا أراد بعبد شرا أغلق عليه باب العمل وفتح عليه باب الجدل
“Jika Allah menginginkan kebaikan pada seorang hamba, Dia
akan membuka baginya pintu amal dan akan menutup darinya pintu jidal (suka
berdebat atau bantah-bantahan). Jika Allah menginginkan kejelekan pada seorang
hamba, Dia akan menutup baginya pintu amal dan akan membuka baginya pintu jidal
(suka berdebat)” (Hilyatul Auliya’, 8: 361).
Imam Ahmad mengatakan, “Menuntut ilmu dan mengajarkannya
lebih utama daripada berjihad dan amal sunnah lainnya.” Karena ilmu itu adalah
asas dan pokok segala urusan, bahkan dia merupakan ibadah paling agung serta
kewajiban kolektif (fardhu kifayah) yang paling ditekankan. Bahkan dengan
ilmulah Islam dan kaum muslimin tetap hidup.
Adapun ibadah-ibadah sunnah hanya akan memberikan manfaat
bagi diri pelakunya sendiri dan tidak mengenai orang lain. Ilmu itulah warisan
yang ditinggalkan para Nabi dan cahaya yang akan menerangi hati. Orang yang
mewarisinya adalah golongan Allah dan pembela-Nya, mereka adalah orang yang
paling utama di sisi Allah, paling dekat dengan-Nya, paling takut kepada-Nya
serta paling tinggi derajatnya.” (lihat Hasyiyah Tsalatsatul Ushul, hal. 11)
Ibarat Pohon yang Tak Berbuah
Namun ingat, bahwa ilmu yang dimaksud di sini adalah ilmu
yang membuahkan amalan, itulah ilmu yang bermanfaat.
Syaikh Abdurrahman bin Qasim An Najdi rahimahullah
mengatakan, “Amal adalah buah dari ilmu. Ilmu itu dicari demi mencapai sesuatu
yang lain. Fungsi ilmu ibarat sebatang pohon, sedangkan amalan seperti buahnya.
Maka setelah mengetahui ajaran agama Islam seseorang harus menyertainya dengan
amalan. Sebab orang yang berilmu akan tetapi tidak beramal dengannya lebih jelek
keadaannya daripada orang bodoh.
Di dalam hadits disebutkan, “Orang yang paling keras
siksanya adalah seorang berilmu dan tidak diberi manfaat oleh Allah dengan
sebab ilmunya.” Orang semacam inilah yang termasuk satu di antara tiga orang
yang dijadikan sebagai bahan bakar pertama-tama untuk menyalakan api neraka.
Di dalam sebuah sya’ir dikatakan,
Orang alim yang tidak mau
Mengamalkan ilmunya
Mereka akan disiksa sebelum
Disiksanya para penyembah berhala. (lihat Hasyiyah
Tsalatsatul Ushul, hal. 12)
Ancaman Bagi Orang yang Berilmu Tapi Tidak Beramal
Syaikh Nu’man bin Abdul Karim Al Watr mengatakan, “Di dalam
al-Qur’an Allah ta’ala sering sekali menyebutkan amal shalih beriringan dengan
iman. Allah juga mencela orang-orang yang mengatakan apa-apa yang mereka tidak
kerjakan. Dan Allah mengabarkan bahwa perbuatan seperti itu sangat
dimurkai-Nya.
Allah berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang
beriman, kenapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan. Sungguh besar
kemurkaan di sisi Allah karena kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian
kerjakan.” (QS. Ash Shaff [61]: 2-3)
Di dalam shahih Bukhari dan Muslim diriwayatkan hadits
Usamah bin Zaid, dia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada hari kiamat nanti akan ada seseorang yang
didatangkan kemudian dilemparkan ke dalam neraka. Isi perutnya terburai,
sehingga ia berputar-putar sebagaimana berputarnya keledai yang menggerakkan
penggilingan. Penduduk neraka pun berkumpul mengerumuninya. Mereka bertanya,
‘Wahai fulan, apakah yang terjadi pada dirimu? Bukankah dahulu engkau
memerintahkan kami untuk berbuat kebaikan dan melarang kami dari kemungkaran?’.
Dia menjawab, ‘Dahulu aku memerintahkan kalian berbuat baik akan tetapi aku
tidak mengerjakannya. Dan aku melarang kemungkaran sedangkan aku sendiri justru
melakukannya’.”
Oleh sebab itu ilmu harus diamalkan. Shalat harus
ditegakkan. Zakat juga harus ditunaikan, dan lain sebagainya. Karena
sesungguhnya Allah tidak memiliki tujuan lain dalam menciptakan makhluk kecuali
supaya mereka beribadah kepada-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Dan
tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku” (QS. Adz Dzariyaat [51]: 56)” (Lihat Taisirul Wushul, hal. 10)
Berilmu Tidak Beramal Menyerupai Kaum Yahudi
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah
berkata, “Maksud perkataan beliau (Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab), “Beramal
dengannya” adalah beramal dengan perkara-perkara yang dituntut oleh ilmu ini,
yaitu beriman kepada Allah, menaati-Nya dengan cara melaksanakan perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya.
Beramal dengan ibadah yang khusus maupun ibadah yang
berdampak keluar. Ibadah yang khusus seperti shalat, puasa dan haji. Sedangkan
ibadah yang berdampak keluar ialah seperti beramar ma’ruf dan nahi munkar,
berjihad di jalan Allah dan lain sebagainya.
Pada hakikatnya amal adalah buah ilmu. Barang siapa yang
beramal tanpa ilmu maka dia telah menyerupai orang Nasrani. Dan barang siapa
yang berilmu tapi tidak beramal maka dia telah menyerupai orang Yahudi.” (Lihat
Syarhu Tsalatsatul Ushul, hal. 22)
Belum Layak Disebut ‘Alim Jika Belum Beramal
Syaikh Abdullah bin Shalih Al Fauzan hafizhahullah berkata,
“Ilmu tidaklah dituntut melainkan supaya diamalkan. Yaitu dengan mewujudkan
ilmu dalam praktek nyata, yang tampak dalam bentuk pola pikir seseorang dan
perilakunya. Terdapat nash-nash syari’at yang mewajibkan untuk mengikuti ilmu
dengan amalan dan agar akibat dari ilmu yang dipelajari muncul pada diri orang
yang menuntut ilmu. Dan terdapat ancaman yang keras terhadap orang yang tidak
beramal dengan ilmunya. Dan begitu pula bagi orang yang tidak memulai perbaikan
dari dirinya sendiri sebelum memperbaiki diri orang lain. Dan dalil-dalil
tentang hal itu sudah sangat populer dan dikenal.
Sungguh indah ucapan Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah,
“Seorang ‘Aalim itu masih dianggap Jaahil (bodoh) apabila dia belum beramal
dengan ilmunya. Apabila dia sudah mengamalkan ilmunya maka jadilah dia seorang
yang benar-benar ‘Aalim.”
Ini adalah ungkapan yang sangat tepat. Karena apabila
seseorang memiliki ilmu, akan tetapi dia tidak mengamalkan ilmu tersebut maka
dia tetaplah disebut jahil. Sebab tidak ada perbedaan antara keadaan dirinya
dengan keadaan orang yang jahil. Apabila dia berilmu tetapi tidak
mengamalkannya maka orang yang alim itu belumlah pantas disebut sebagai orang
berilmu yang sesungguhnya, kecuali bila di sudah beramal dengan ilmunya.”
(Hushulul Ma’mul, hal. 16)
Beramal Adalah Sarana Mempertahankan Ilmu
Syaikh Abdullah bin Shalih Al Fauzan hafizhahullah berkata,
“Kemudian perlu dimengerti pula bahwa sebenarnya beramal itu juga termasuk
penyebab ilmu tetap ada dan bertahan. Oleh sebab itulah, dapat anda jumpai
bahwa orang yang beramal dengan ilmunya akan mudah mengeluarkan ilmunya
kapanpun dia mau.
Adapun orang yang tidak beramal dengan ilmunya maka ilmu
yang didapatkannya sangat cepat hilang. Sebagian ulama salaf mengatakan,
“Dahulu kami mencari sarana pendukung dalam rangka menghafalkan hadits dengan
cara mengamalkannya.”
Selain itu, ulama lain mengatakan, “Barang siapa yang
mengamalkan ilmu yang diketahuinya niscaya Allah akan mewariskan kepadanya ilmu
lain yang belum dia ketahui. Dan barang siapa yang tidak beramal dengan ilmu
yang sudah diketahuinya maka sangat dikhawatirkan Allah akan melenyapkan ilmu
yang dimilikinya.”
Perkataan ini dianggap hadits oleh sebagian orang, padahal
sebenarnya itu bukan hadits. Sebab itu hanyalah ungkapan yang disebutkan
Syaikhul Islam rahimahullah. Makna dari kalimat ‘Allah akan mewariskan
kepadanya ilmu yang belum dimilikinya’ adalah Allah akan menambahkan keimanan
dan menyinari pandangan mata hatinya serta membukakan baginya berbagai jenis
ilmu dan cabang-cabangnya.
Oleh sebab itulah anda temukan orang alim yang senantiasa
beramal terus mendapatkan peningkatan dan memperoleh limpahan barakah dari
Allah dalam hal waktu dan ilmunya. Dalil pernyataan ini terdapat di dalam
kitabullah. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan orang-orang yang tetap
mencari petunjuk maka Allah akan tambahkan kepada mereka petunjuk dan Allah
anugerahkan kepada mereka ketakwaan.” (QS. Muhammad [47]: 17)
Asy Syaukani mengatakan, “Artinya Allah pasti akan
menambahkan kepada mereka keimanan, dan ilmu serta bashirah dalam beragama.
Sehingga maknanya orang-orang yang mencari hidayah dengan meniti jalan
kebaikan, beriman kepada Allah, dan mengamalkan perintah-Nya niscaya Allah akan
tambahkan keimanan, ilmu dan bashirah dalam beragama kepada mereka”. Maka
seorang muslim hendaknya mengenali urgensi mengamalkan ilmu.” (Hushulul Ma’mul,
hal. 17)
Ilmu Akan Menjadi Pembela Atau Penentangmu
Syaikh Abdullah bin Shalih Al Fauzan hafizhahullah berkata,
“Dan hendaknya diingat bahwa seseorang yang tidak beramal dengan ilmunya maka
ilmunya itu kelak akan menjadi bukti yang menjatuhkannya.
Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadits Abu Barzah
radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda, “Kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari
kiamat sampai dia akan ditanya tentang empat perkara, diantaranya adalah
tentang ilmunya, apa yang sudah diamalkannya.”
Ini bukan hanya berlaku bagi para ulama saja, sebagaimana
anggapan sebagian orang. Akan tetapi semua orang yang mengetahui suatu perkara
agama maka itu berarti telah tegak padanya hujjah. Apabila seseorang memperoleh
suatu pelajaran dari sebuah pengajian atau khutbah Jum’at yang di dalamnya dia
mendapatkan peringatan dari suatu kemaksiatan yang dikerjakannya sehingga dia
pun mengetahui bahwa kemaksiatan yang dilakukannya itu adalah haram maka ini
juga ilmu. Sehingga hujjah juga sudah tegak dengan apa yang didengarnya
tersebut.
Dan terdapat hadits yang sah dari Abu Musa Al Asy’ari
radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Dan al-Qur’an itu adalah hujjah bagimu atau hujjah untuk menjatuhkan dirimu.”
(HR. Muslim)” (Hushulul Ma’mul, hal. 18)
Hukum Bila Ilmu Tidak Diamalkan
Syaikh Shalih bin Abdul ‘Aziz Alusy Syaikh hafizhahullah
berkata, “Beramal dengan ilmu itu ada yang apabila ditinggalkan menyebabkan
kekafiran, ada pula yang menyebabkan terjatuh dalam kemaksiatan, dan ada pula
yang membuat dirinya terjatuh dalam perkara yang makruh, dan ada juga yang
apabila ditinggalkan boleh. Lantas bagaimanakah maksudnya ?
Ilmu itu terbagi menjadi beberapa bagian. Ilmu tentang
tauhid, yaitu meyakini bahwasanya Allah sajalah yang berhak diibadahi. Maka
apabila seorang hamba mengetahui ilmu ini lalu tidak beramal dengan ilmu ini
sehingga dia berbuat syirik kepada Allah jalla wa ‘ala maka ilmunya itu tidak
akan bermanfaat baginya. Maka pada saat semacam itu bagi dirinya meninggalkan
amalan menyebabkan dia kafir.
Dan terkadang bisa dikategorikan maksiat yaitu misalnya
apabila seseorang mengetahui bahwa khamr haram diminum, dijual, dibeli,
memberikan, memintanya, dan seterusnya. Kemudian dia menyelisihi ilmu yang
dimilikinya padahal dia mengetahui keharamannya, tetapi dia tetap nekat
melakukannya. Maka tindakannya ini dikategorikan kemaksiatan. Artinya dia telah
terjatuh dalam dosa besar.
Dalam pembahasan ini, ada pula ilmu yang apabila tidak
diamalkan dihukumi sebagai hal yang makruh. Seperti contohnya apabila seseorang
mengetahui bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat dengan
tata cara tertentu yang termasuk sunnah-sunnah shalat kemudian dia tidak
mengamalkannya maka ini makruh hukumnya. Karena dia telah meninggalkan sebuah
amal sunnah, bukan wajib. Sehingga hukum meninggalkannya adalah makruh saja
sedangkan mengamalkannya hukumnya mustahab.
Dan terkadang beramal dengan ilmu itu mubah saja begitu pula
mubah meninggalkannya. Seperti perkara-perkara mubah dan adat dan semacamnya.
Seperti misalnya apabila sampai kepada kita hadits bahwasanya Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam memakai pakaian dengan model tertentu, atau cara berjalan
beliau adalah demikian dan demikian. Perkara-perkara ini adalah perkara
manusiawi dan kebiasaan saja, sebagaimana sudah kita pelajari bahwa hal seperti
ini tidak termasuk perkara yang kita diperintahkan untuk menirunya. Sehingga
tidak mengerjakannya adalah mubah sebab seorang muslim memang tidak
diperintahkan untuk meniru perkara-perkara semacam ini. Yaitu perkara-perkara
seperti tata cara berjalan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, suaranya, atau
hal-hal lain yang termasuk perkara manusiawi dan kebiasaan saja yang dilakukan
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga mengamalkan hal itu mubah saja.
Dan terkadang bisa juga diberi pahala apabila disertai niat ingin meneladani
beliau. Karena itulah maka meninggalkan amal dalam hal ini juga mubah…” (Syarh
Kitab Tsalatsatul Ushul, hal. 5)
Mengamalkan Ilmu Adalah Ciri Penuntut Ilmu Sejati
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Ustaimin rahimahullah
menyebutkan bahwa salah satu adab yang harus dimiliki oleh penuntut ilmu adalah
mengamalkan ilmu yang dimiliki. Beliau mengatakan, “Sudah seyogyanya penuntut
ilmu beramal dengan ilmunya, baik yang terkait dengan masalah akidah, akhlak,
adab maupun muamalah. Karena sesungguhnya inilah buah ilmu dan hasil yang bisa
dipetik darinya.
“Seseorang yang membawa ilmu itu seperti orang yang membawa
senjata. Bisa jadi senjata itu membelanya atau justru berbalik mengenai
dirinya. Oleh sebab itulah terdapat sebuah hadits shahih dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda, “Al-Qur’an adalah hujjah pembelamu
atau yang menjatuhkanmu.” (HR. Muslim). Al-Qur’an akan membelamu jika kamu
beramal dengannya. Dan dia akan berubah menjadi musuhmu apabila kamu tidak
mengamalkannya…” (Kitabul ‘Ilmi, hal. 32)
Mengamalkan Ilmu Adalah Ciri Da’i Sejati
Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah mengatakan, “Salah
satu akhlak dan sifat yang semestinya bahkan wajib dimiliki oleh da’i adalah
beramal dengan isi dakwahnya. Dan hendaknya dia bisa menjadi teladan yang baik
dalam perkara yang didakwahkannya. Bukan termasuk orang yang mengajak kepada
sesuatu kemudian meninggalkannya. Atau melarang sesuatu tetapi kemudian dia
sendiri justru melakukannya. Ini adalah keadaan orang-orang yang merugi, kita
berlindung kepada Allah darinya.
Adapun keadaan orang-orang yang beriman dan beruntung adalah
menjadi da’i kebenaran, mereka mengamalkan ajakannya, bersemangat melakukannya,
bersegera mengerjakannya serta berusaha menjauhi perkara yang dilarangnya.
Allah jalla wa ‘ala berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman,
mengapa kalian mengatakan sesuatu yang kalian sendiri tidak mengerjakannya.
Sungguh besar murka Allah atas perkataan kalian terhadap sesuatu yang kalian
sendiri tidak kerjakan.” (QS. Ash Shaff [61]: 2-3)
Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman dalam konteks
celaan terhadap kaum Yahudi karena mereka menyuruh orang untuk berbuat baik
sementara mereka sendiri melupakan diri sendiri, “Apakah kalian menyuruh orang
untuk mengerjakan kebaikan sedangkan kalian melupakan kewajiban diri kalian
sendiri. Padahal kalian juga membaca Al Kitab. Tidakkah kalian memahami.” (QS.
Al Baqarah [2]: 44)…” (Wujuubu Da’wah ilallaah wa Akhlaaqu Du’aat, hal. 52)
Mengamalkan Ilmu Adalah Bagian dari Shirathal Mustaqim
Setiap kali shalat kita senantiasa memohon petunjuk kepada
Allah agar diberi hidayah menuju dan meniti jalan yang lurus atau shirathal
mustaqim. Apakah yang dimaksud shirathal mustaqim ?
Syaikh Abdurrahman bin Naashir As Sa’di rahimahullah
berkata, “(Shirathal Mustaqim) adalah jalan terang yang akan mengantarkan hamba
menuju Allah dan masuk ke dalam Surga-Nya. Hakikat jalan itu adalah mengetahui
kebenaran dan mengamalkannya…” (Taisir Karimir Rahman, hal. 39)
Kemudian Allah memperjelas hakikat shirathal mustaqim ini di
dalam ayat berikutnya, “Yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat kepada
mereka, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang
yang sesat.” (QS. Al Fatihah)
Syaikh Abdurrahman bin Naashir As Sa’di rahimahullah
berkata, “Shirathalladziina an’amta ‘alaihim adalah jalan para Nabi,
orang-orang shiddiq, para syuhada’ dan orang-orang shalih. “Bukan” jalan
“orang-orang yang dimurkai” yaitu orang-orang yang telah mengetahui kebenaran
akan tetapi tidak mau mengamalkannya, seperti halnya orang Yahudi dan orang
lain yang memiliki ciri seperti mereka. Bukan pula jalan “orang-orang yang
sesat” yaitu orang-orang yang meninggalkan kebenaran di atas kebodohan dan
kesesatan, seperti halnya orang Nasrani dan orang lain yang memiliki ciri
seperti mereka.” (Taisir Karimir Rahman, hal. 39)
Oleh sebab itulah kita dituntunkan untuk selalu meminta
hidayah kepada Allah; baik hidayah ilmu (hidayatul irsyad) maupun hidayah amal
(hidayatu taufiq) minimal 17 kali sehari semalam.
Al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Seandainya
bukan karena betapa besar kebutuhan hamba untuk meminta hidayah sepanjang siang
dan malam tentulah Allah tidak akan menuntunnya untuk melakukan hal itu.
Karena sesungguhnya seorang hamba senantiasa membutuhkan
bimbingan Allah ta’ala pada setiap saat dan keadaan. Yaitu supaya dia
memperoleh ketegaran di atas hidayah, mengokohkan diri di dalamnya, mendapatkan
pencerahan, hidayah semakin bertambah dan terus menerus menyertai dirinya.
Karena seorang hamba tidak bisa menguasai barang sedikitpun
manfaat maupun mudharat bagi dirinya sendiri, kecuali sebatas yang diinginkan
Allah. Sehingga Allah ta’ala pun membimbingnya agar meminta petunjuk pada
setiap waktu, yang dengan sebab itu Allah akan membentangkan pertolongan,
ketegaran dan taufik kepadanya.
Maka orang yang berbahagia adalah orang yang diberi taufik
oleh Allah ta’ala untuk selalu meminta petunjuk, karena Allah menjamin akan
mengabulkan permintaan orang yang berdoa kepada-Nya. Terlebih lagi apabila
orang yang meminta sedang berada dalam keadaan terjepit dan sangat merasa butuh
kepada Allah, di waktu siang maupun malam… (Tafsir Ibnu Katsir, I/37-38)
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan sebagai bahan
analisis didapatkan dari
berbagai sumber antara lain:
1.Studi
Pustaka
Studi pustaka digunakan sebagai
landasan teori dan pijakan penulis dalam menganalisis masalah yang dikaji.
Studi pustaka didapatkan dari teori dan pendapat para ahli baik dari
buku,jurnal,skripsi,maupun hasil penelitian.
2.Pengamatan
Hasil pengamatan terhadap
permasalahan yang terjadi digunakan sebagai titik tolak terhadap pembahasan
suatu masalah dan mencari masalah mana yang paling penting sehingga layak untuk
diangkat. Pengamatan ditujukan pada kasus proses pembelajaran al quran dengan
suatu metode baru yaitu metode ummi dengan diaplikasikan secara private class
terhadap segala fase usia.
3.2 Pengolahan Data
Langkah selanjutnya dalam penulisan
karya tulis ini adalah dengan mengolah dan menulis semua data yang diperoleh
secara runtut dan sistematis menurut pedoman karya tulis. Agar menjadi sebuah
karya tulis yang bermutu, maka dilakukan beberapa kegiatan yang bisa membantu
tulisan semakin berkualitas, antara lain: diskusi dengan beberapa teman,
konsultasi dengan orang yang berpengalaman, dan merevisi karya tulis
berdasarkan saran dan kritik dari beberapa teman dan beberapa orang yang telah
berpengalaman.
3.3 Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam
karya ini adalah deskriptif analitik, yaitu menganalisis permasalahan yang ada
dari hasil pengamatan atau identifikasi studi kepustakaan tentang permasalahan
serta hubungan antara masalah tersebut yang didasarkan pada suatu teori atau
konsep keilmuan yang relevan. Peneliti mengangkat permasalahan-permasalahan
yang terjadi dalam kalangan masyarakat yang belum bisa membaca al quran dengan
baik dan benar.
Berdasarkan karakteristik yang
terdapat pada permasalahan tersebut, maka peneliti berusaha untuk menggunakan
metode pemecahan masalah yang sesuai dengan konteks permasalahan sebagai solusi
yang efektif. Dengan menganalisis konteks masalah, peneliti mengangkat sebuah
gagasan mithods yang berbasis private
class. Penulis juga mensintesis gagasan-gagasan tersebut dalam penerapan mithods ini dengan pemerintah yang
menangani hal tersebut sebagai pelaksana program untuk membantu dalam merealisasikan
gagasan tersebut.
3.4 Penarikan Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah
dilakukan, penulis menarik kesimpulan yang konsisten dengan analisis
permasalahan. Kesimpulan yang diperoleh disesuaikan dengan pembahasan dalam
karya tulis.
3.5 Perumusan Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah
diperoleh, maka penulis menyampaikan saran berupa kemungkinan atau prediksi
transfer gagasan. Penulis menyarankan atau merekomendasikan kepada pemerintah
untuk menjadikan metode ummi sebagai suatu perangkat pembelajaran yang efektif
bagi semua masyarakat.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Konsep MITHODS (Ummi Methods)
Ummi merupakan pengertian dari
kata ibu. Dalam pembelajarannya, metode ini mengusung tiga prinsip yakni mudah,
menyenangkan dan menyentuh hati.
Private Class
Adapun 7 program dasar Ummi
adalah sebagai berikut:
1. TASHIH BACA AL QUR’AN (Tes Bacaan Al Qur’an)
|
2. TAHSIN (Pembinaan Baca Al Qur’an)
|
4. GHORIB DAN TAJWID DASAR
|
5. MUASAQOH (Uji Kompetensi)
|
4.2
Manfaat Belajar Al Quran Segala Fase
A.Fase
Anak
Cara
mengajari anak membaca alquran :
1.
Cara pertama jika anda ingin mengajari anak membaca alquran adalah perdengarkan
ayat alquran setiap hari di rumah tidak menjadi masalah apakah anak
mendengarkan atau tidak baik ia main-main atau melakukan aktifitas apapun di
dalam rumah tetapi otak bawah sadarnya tanpa si anak sadari merekam bacaan
alquran yang ia dengar. Bahkan mungkin anak akan hapal dengan sendirinya
ayat-ayat alquran yang sering ia dengar dan anda akan merasa sangat takjub.
sama seperti kalau kita sering memperdengarkan lagu-lagu dewasa tanpa anak
sadari ia menjadi hapal lagu tersebut.
2.
Konsisten
Bunda
untuk mengajari anak membaca alquran syarat utamanya anda harus konsisten
jangan putus-putus karena kekonsistenan anda adalah parameter keberhasilan anda
dalam mengajri anak membaca alquran.
3. Menjadi
sauri tauladan bagi anak
Ini
sangat penting untuk bunda dan ayah perhatiakan karena anak adalah peniru yang
hebat maka otomatis anda sebagai orang tua yang sering bersamanya yang akan ia
tiru pertama kali, kalau anda sering membaca alquran dan menghapalnya maka
secara otomatis anak-anak anda akan melihat dan lama kelamaan mereka akan
meniru anda membaca alquran walaupun mungkin masih banyak salah tetapi paling
tidak mereka sudah mengenal alquran sejak kecil.
4.
Bacakan ayat-ayat alquran sejak anak masih dalam kandungan
Bunda
ternyata banyak yang sudah membuktikan hal ini banyak ibu-ibu yang merasa
takjub saat anaknya berusia 2 tahun kata yang pertama keluar dari mulutnya
adalah ayat alquran ternyata setelah di tanya pada kedua orang tuanya bahwa waktu
di dalam kandungan orang tuanya sering membaca ayat-ayat alquran. Ada seorang
ibu yang waktu hamil sering membaca surat al kahfi maka anaknya waktu belajar
bicara kata yang pertama ia ucapkan adalah surat alkahfi subhanalloh, itulah
otak manusia yang sangat dahsyat bahkan sejak dalam rahimpun otak kita sudah
merekam suara apa yang ia dengar di dunia luar. Maka ibu-ibu yang lagi hamil
hati-hati memperdengarkan hal-hal tidak baik pada sang jabang bayi karena
jabang bayi anda akan merekam apa yang ia dengar.
5.
Beri reward yang ia mau dengan syarat ia harus hapal surat atau ayat alquran
Bunda
cara ini bisa bunda gunakan pada anak yang sudah berusia 5 tahun keatas saat
anak sudah punya keinginan pada sesuatu. misal anak anda menginginkan baju
princes maka anda kasih syarat asal ia harus hapal misal surat alikhlas dengan
benar maka anda baru akan membelikannya baju princes dan begitu terus sampai
mungkin secara tidak sadar anak akan hapal banyak surat dalam alquran karena
semakin banyak yang ia minta maka akan semakin banyak surat dan ayat yang ia
hapal. dan hal ini bisa bunda buktikan. bisa jadi pada usia 7 tahun anak anda
sudah hapal 30 zuz alquran.
B.Fase Lanjut
Tips
Semangat Belajar Mengaji Di Usia Tua
Umumnya
umat muslim sekarang enggan belajar mengaji karena alasan sudah tua. Berapakah
usia tua itu? 20, 30, 40, 50, 60, 70 tahun? Tampaknya semakin bertambah usia
justru semakin memilki alasan untuk enggan belajar mengaji.
Bagi
yang sudah memiliki anak mungkin saja mereka menyekolahkan anaknya di TPA (Taman
Pendidikan Al Quran). Namun orang tuanya sendiri enggan belajar mengaji, karena
alasan sibuk dan tua (serta mungkin malu).
Inspirasi
dari Rasulullah dan Sahabat
Agar
memiliki semangat untuk belajar mengaji (dan menghapal Al Quran) kita dapat
mencari tahu pada usia berapakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
para sahabatnya memulai belajar mengaji dan menghapal Al Quran? Berikut ini
perkiraannya (usia dalam kalender hijriah).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berusia 39 tahun.
Khadijah (istri Rasulullah) radhiyallahu anha
berusia 54 tahun.
Abu Bakar radhiyallahu anhu berusia 37
tahun.
Umar bin Khattab radhiyallahu anhu
diperkirakan berusia 22-27 tahun.
Utsman bin Affan radhiyallahu anhu 35
tahun.
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu
diperkirakan berusia 7-12 tahun.
Abu Ubaidah radhiyallahu anhu berusia 28
tahun.
Thalhah radhiyallahu anhu berusia 14 tahun.
Az-Zubair bin Al Awwam radhiyallahu anhu
berusia 15 tahun.
Abdurrahman bin Auf radhiyallahu anhu
berusia 30 tahun.
Sa'ad bin Abu Waqqash radhiyallahu anhu
berusia 17 tahun.
Sa'id bin Zaid radhiyallahu anhu berusia
antara 11-15 tahun.
Generasi
pertama umat Islam yang hidup sejaman dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam ketika pertama kali masuk Islam memiliki usia yang berbeda-beda, beragam
usia. Ada yang masuk Islam di usia muda dan ada juga yang menjadi muslim di
usia tua. Semuanya memiliki kesamaan yakni tak malu untuk mulai belajar mengaji
dan menghapal Al Quran.
Dari
sini kita dapat mengetahui bila tidak ada alasan untuk merasa tua (dan malu)
untuk mulai belajar mengaji (dan menghapal Al Quran).
4.3 Teknik Implementasi dari MITHODS berbasis Private Class
Pihak-pihak yang dapat membantu mengimplementasikan MITHODS antara lain:
1.Menteri Agama
Pemerintah dapat berperan aktif dalam mensosialisaikan
kepada masyarakat umum menegenai adanya MITHODS.
2. Masyarakat
Dengan
adanya metode baru ini, masyarakat dapat mengenal metode dalam pembelajaran al
quran yang efektif dan efisien berbasis private class, sehingga akan lebih
memudahkan pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mahasiswa
Dengan
adanya metode ini, mahasiswa sebagai agent of change akan mendapatkan peluang
wirausaha tanpa mengeluarkan uang sepeserpun,hanya dengan menguasai MITHODS dan
tidak terlalu menguras tenaga.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
adalah suatu proses belajar-mengajar yang direncanakan sebelumnya dan diarahkan
untuk mencapai tujuan melalui bimbingan, latihan dan mendidik.
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada
Nabi Muhammad SAW sebagai salah satu rahmat yang tiada taranya bagi alam
semesta dan petunjuk atau hidayah bagi setiap manusia muttaqin.
Maka kesimpulan bahwa pembelajaran Al-Qur'an Adalah proses
perubahan tingkah laku anak didik melalui proses belajar yang berdasarkan pada nilai-nilai Al-Qur'an
dimana dalam Al-Qur’an tersebut terdapat berbagai peraturan yang mencakup
seluruh kehidupan manusia yaitu meliputi Ibadah dan Muamalah.
Metode pengajaran
adalah suatu cara yang dipilih dan dilakukan guru ketika berinteraksi dengan
anak didiknya dalam upaya menyampaikan bahan pengajaran tertentu, agar bahan
pengajaran tersebut mudah dicerna sesuai
dengan pembelajaran yang ditargetkan.
Metode pembelajaran Al-Qur'an secara umum yang bekembang
dimasyarakat adalah sebagai berikut metode tradisional (Qawaidul Baghdadiyah),
metode Iqra', metode qiroati.
5.2 Saran
Perlunya memberikan sosialisasi mengenai metode terbaru dan
efisien dalam meningkatkan peluang wirausaha tanpa menguras waktu kuliah bagi
para mahasiswa, terutama sosialisasi terhadap khalayak umum.
DAFTAR RUJUKAN
Budiyanto, M, dkk. 2003. Ringkasan Pengelolaan, Pembinaan
dan Pengembangan Gerakan Membaca, Menulis, Memahami, Mengamalkan dan
Memasyarakatkan Al Qur’an. Yogyakarta: Balitbang LPTQ Nasional dan Yayasan Team
Tadarus AMM Yogyakarta.
Dimyati dan Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Depdikbud. DIKTI.
Gage, N.L. dan David,
C.Berliner. 1984. Educational Psychology. Chicago: Rand Mc. Nally College
Publishing Compony.
Gagne, R.M. 1985. The Conditions of Learning and Theory of
Instruction, Fourth edition. New York: Holt Rinehaert and Winston.
Hidayatullah. 1994. Mutiara al-Qur’an. Edisi II tahun IV,
Maret.
Humam, A. 2000. Cara Cepat Membaca Al Qur’an. Yogyakarta:
Balai Litbang LPTQ Nasional dan Team Tadarus AMM.
Setyosari. P. 2001.
Rancangan Pembelajaran Teori dan Praktis. Malang: Elang Mas.
Siagian, S.P. 1989. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta:
Bina Aksara.
Slavin, R. 1997. Educational Psychology: Theory and
Practice. Allyn and Bocon.
Supardi. 2004. Perbandingan Membaca Al-Qur’an bagi Pebelajar
Pemula di TKA/TPQ Masjid Quba dan Masjid al-Amin Burengan Malang. Tesis tidak
diterbitkan. Malang: PPS UM.
Tarigan, H.G. 1989. Metode Pengajaran Bahasa: Suatu
Penelitian Kepustakaan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan P2LPTK.
Winkel, W.S. 1999. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
Zarkasiy, D.S. 1989.
Pelajaran Ilmu Tajwid Praktis. Semarang: Yayasan Pendidikan al-Qur’an Raudatul
Mujawwidin.
DAFTAR RIWAYAT
HIDUP
A.IDENTITAS
DIRI
1.Nama Lengkap
|
Anggraini Ayu Widyaningrum
|
2.Jenis Kelamin L/P
|
Perempuan
|
3.Fakultas / Jurusan
|
MIPA / Pendidikan Fisika
|
4.Perguruan Tinggi
|
Universitas Negeri Malang
|
5.NIM
|
150321600524
|
6.Tempat dan Tanggal Lahir
|
Tuban , 26 Oktober 1996
|
7.E=mail
|
|
8.No Telepon / HP
|
085785196005
|
9.Alamat
|
Jalan Panglima Sudirman Gang IX No 513 Tuban
|
10.Motto
|
‘’ Man Jadda Wajada ‘’
|
B.RIWAYAT PENDIDIKAN
|
SD
|
SMP
|
SMA
|
Nama Institusi
|
SDN BATURETNO 1 TUBAN
|
SMPN 7 TUBAN
|
MA MAARIF 7 SUNAN DRAJAD PACIRAN
LAMONGAN
|
Jurusan
|
|
|
IPA
|
Tahun Masuk-Lulus
|
2003 - 2009
|
2009 - 2012
|
2012 - 2015
|